Minggu, 18 Mei 2014

Palpasi Abdomen Leopold


Pada saat melakukan pemeriksaan Leopold kaki klien ditekuk agar dinding perut lebih lemas. Pada pemeriksaan Leopold I sampai dengan III pemeriksa menghadap muka klien, sedangkan pada Leopold IV menghadap kearah kaki klien.
a)      Leopold I
Tujuan: Untuk mengetahui TFU serta menentukan bagian janin mana yang terletak di fundus
Teknik
Uterus dibawa ketengah, kemudian ditentukan TFU dengan kedua telapak tangan pada fundus uteri, kemudian menentukan bagian apa yang terletak dibagian fundus uteri. Pada letak lintang, bagian fundus terasa kosong tidak terisi bagian-bagian janin. Sedangkan bila letak membujur sungsang pada fundus teraba kepala (bulat, keras dan melenting). Jika letak kepala, bagian fundus teraba bokong (bulat,lunak dan kurang melenting0.
b)      Leopold II
Tujuan: menentukan batas samping rahim kanan kiri, menentukan letak punggung janin, pada letak lintang menentukan dimana kepala janin.
Teknik
Posisi masih sama, kedua tangan menelusuri tepi uterus untuk menentukan bagian apa yang terletak dibagian samping. Jika punggung teraba bagian rata (sisi bagian besar), biasanya letaknya bertentangan dengan bagian-bagian kecil janin (ekstremitas janin). Pada letak lintang teraba bagian kepala pada bagian kanan/kiri ibu.
c)       Leopold III
Tujuan: untuk menentukan bagian terbawah janin serta menentukan apakah bagian bawah janin sudah masuk panggul atau belum.
Teknik
Satu tangan meraba bagian janin yang terletak di atas symfisis, sementara tangan yang lain menahan fundus untuk fiksasi. Pada letak lintang diatas symfisis teraba kosong.
d)      Leopold IV
Tujuan: untuk menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul
Teknik
Kaki pasien diluruskan, pemeriksa menghadap kearah kaki pasien. Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah. Menentukan apakah bagian bawah sudah masuk kedalam PAP dan berapa masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul. Jika kedua tangan konvergent berarti kepala sudah masuk PAP. Leopold IV tidak dilakukan jika kepala masih tingg, Leopold IV dilakukan setelah usia kehamilan ± 6 bulan.

Sabtu, 17 Mei 2014

Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas


A.Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan kecemasan menghadapi peran yang sebenarnya lagi akan dijalani.
Menjelang proses kelahiran, kecemasan ibu bertambah. Gambaran tentang proses persalinan yang diterima dari orang lain menambah kegelisahannya.
Setelah persalinan (masa nifas) merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis.
Ibu akan mengalami fase-fase seperti berikut ini :
1.       Fase Honeymoon
Adalah fase disaat anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu-ayah-anak.
Dikatakan sebagai fase honeymoon dimana masing-masing (suami dan isteri) saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2.       Bounding Attachment
Sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Merupakan hasil dari suatu interaksi antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Dimulai pada kala III. Cara melakukan Bounding Attachment dapat dilakukan dengan cara :
o   Inisiasi Menyusu Dini
o   ASI Eksklusif
o   Rawat Gabung
o   Kontak Mata
o   Suara
o   Aroma
Kondisi yang mempengaruhi Bounding Attachment
o   Kesehatan Emosional Orang Tua
o   Tingkat Kemampuan, Komunikasi dan Keterampilan merawat bayi
o   Dukungan social
o   Kedekatan Orang Tua Ke Anak
o   Kesesuaian antara orang tua dan anak
3.       Fase Takking In
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari petama dan kedua setelah persalian, ibu berfokus pada dirinya sendiri dan pengalaman bersalin diceritakan berulang-ulang. ketidaknyamanan yang biasa terjadi seperti rasa mulas, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan :
-          Kecewa karena tidak mendapatkan apa yang dinginkan seperti jenis kelamin anak, warna kulit,rambut, dll.
-          Rasa bersalah karena belum dapat menyusui bayinya
-          Suami/keluarga mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya tanpa member bantuan
4.       Fase Takking Hold
Merupakan masa perpindahan dari ketergantungan menjadi mandiri yang berlangsung antara hari ketiga sampai dengan hari ke sepuluh setelah melahirkan. Ibu berfokus pada bayinya tapi timbul rasa khawatir ketidakmampuan merawat bayinya, merasa sensitif mudah marah dan cepat tersinggung.

5.       Fase Letting Go
Merupakan fase dimana seorang ibu menerima tanggung jawab peran barunya  dan berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya meningkat dan ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.

Selasa, 13 Mei 2014

Plasenta Previa


 Plasenta Previa

A.      Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
       Perdarahan pada uk > 22 minggu
       Tanpa rasa nyeri
       Perdarahan awal berupa perdarahan bercak
       Segera dapat berhenti
       Perdarahan  berulang
       Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
       Terjadi perdarahan setelah BAB, miksi, post coital, aktifitas fisik, kontraksi braktion hicks, trauma
       Bagian terendah janin tidak masuk pap
       Gawat janin

Dikenal 4 klasifikasi dari plasenta previa :
·         Plasenta previa totalis : plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum
·         Plasenta previa lateralis : plasenta menutupi sebagian dari ostium uteri internum
·         Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada tepi ostium uteri internum
·         Plasenta letak rendah : plasenta berada 3-4cm pada tepi ostium uteri internum

B.      Etiologi
Belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, leioma uteri.
C.      Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan.
Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal.
D.      Manifestasi klinis
·         Anamnesa
ü  Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab.
ü  Terutama pada multigravida pada kehamilan setelah 20 minggu.
·         Pemeriksaan fisik
ü  Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
ü  Pemeriksaan inspekulo : perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.

E.       Pemeriksan penunjang
·         USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta
·         Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
F.       Piñatalaksanaan
·         Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi
·         Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (missal batuk, mengedan karena sulit BAB)
G.     Komplikasi
Komplikasi ibu yang sering terjadi adalah perdarahan post partum dan syok karena kurang kuatnya kontraksi segmen bawah rahim, infeksi dan trauma uterus/servik komplikasi bayi yang sering terjadi adalah prematuritas dengan angka kematian cukup tinggi.